Pertemuan Nabi Yusuf Alaihis Salam dengan Ayahnya
Pertemuan Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam dengan Ayahnya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, / 13 Rajab 1446 H / 13 Januari 2025 M.
Kajian Tentang Pertemuan Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam dengan Ayahnya
Pada kajian ini dibahas kisah akhir perjalanan Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, khususnya ketika beliau berjumpa kembali dengan saudara-saudaranya yang sebelumnya telah menyakitinya. Dalam peristiwa tersebut, Nabi Yusuf diberi kabar bahwa ayahnya, Nabi Ya’qub, telah kehilangan penglihatannya. Oleh karena itu, Nabi Yusuf berkata sebagaimana Allah firmankan dalam Al-Qur’an:
اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَٰذَا فَأَلْقُوهُ عَلَىٰ وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ
“Pulanglah kalian dengan membawa pakaianku ini, lalu usapkanlah ke wajah ayahku, niscaya ia akan dapat melihat kembali. Dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku.” (QS. Yusuf [12]: 93)
وَلَمَّا فَصَلَتِ الْعِيرُ قَالَ أَبُوهُمْ إِنِّي لَأَجِدُ رِيحَ يُوسُفَ ۖ لَوْلَا أَنْ تُفَنِّدُونِ
“Ketika kafilah mereka keluar dari Mesir, Nabi Ya’qub berkata: ‘Sungguh aku mencium aroma Yusuf, walaupun kalian mengira aku lemah akal.`” (QS. Yusuf [12]: 94)
قَالُوا تَاللَّهِ إِنَّكَ لَفِي ضَلَالِكَ الْقَدِيمِ
“Namun, keluarga Nabi Ya’qub yang ada di sekitarnya berkata: ‘Demi Allah, sesungguhnya engkau masih dalam kekeliruanmu yang dahulu.`” (QS. Yusuf [12]: 95)
Kemudian, ketika pembawa kabar gembira tiba, ia membawa baju Nabi Yusuf dan mengusapkannya ke wajah Nabi Ya’qub. Dengan izin Allah, Nabi Ya’qub dapat melihat kembali. Allah berfirman:
فَلَمَّا أَنْ جَاءَ الْبَشِيرُ أَلْقَاهُ عَلَىٰ وَجْهِهِ فَارْتَدَّ بَصِيرًا ۖ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Maka ketika datang pembawa kabar gembira itu, ia meletakkan baju itu ke wajahnya, lalu kembalilah penglihatannya. Nabi Ya’qub berkata, ‘Bukankah telah aku katakan kepada kalian bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui?`” (QS. Yusuf [12]: 96)
قَالُوا يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ
“Setelah itu, saudara-saudara Nabi Yusuf berkata: ‘Wahai ayah kami, mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk dosa-dosa kami. Sungguh, kami adalah orang-orang yang bersalah.`” (QS. Yusuf [12]: 97)
قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي ۖ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Nabi Ya’qub pun menjawab: ‘Aku akan memohonkan ampunan untuk kalian kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.`” (QS. Yusuf [12]: 98)
Ayat-ayat ini mengandung banyak faedah. Di antaranya:
Mukjizat Para Nabi dan Rasul
Mukjizat merupakan kejadian luar biasa yang dimiliki oleh mereka. Dalam kisah ini, Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam bertanya kepada saudara-saudaranya tentang keadaan ayahnya, dan mereka mengabarkan bahwa ayahnya, Nabi Ya’qub, kehilangan penglihatannya. Hal ini disebabkan oleh kesedihan mendalam karena berpisah dengan Nabi Yusuf dan kemudian ditambah dengan perpisahan dengan Binyamin. Kesedihan yang sangat mendalam membuat Nabi Ya’qub menangis hingga matanya buta.
Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam kemudian memberikan pakaiannya kepada saudara-saudaranya dan memerintahkan mereka untuk kembali ke Kan’an. Pakaian tersebut diminta untuk diusapkan ke wajah Nabi Ya’qub agar penglihatannya kembali. Ini merupakan salah satu mukjizat Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam. Dengan izin Allah, pakaian Nabi Yusuf mampu menyembuhkan kebutaan ayahnya. Selain itu, Nabi Ya’qub juga memiliki mukjizat, yaitu mampu mencium aroma Nabi Yusuf dari jarak yang sangat jauh. Ketika kafilah keluarga Nabi Yusuf keluar dari Mesir, Nabi Ya’qub yang berada di Kan’an berkata: “Sungguh, aku mencium aroma Yusuf, walaupun kalian mengira aku lemah akal.” (QS. Yusuf [12]: 94)
Mukjizat ini menunjukkan bagaimana Allah menguatkan para nabi dengan tanda-tanda yang luar biasa. Setiap nabi yang diutus Allah memiliki mukjizat yang membuktikan kebenaran risalahnya dan membedakannya dari para pendusta atau dajjal yang mengaku nabi. Allah berfirman: “Tidak ada seorang nabi pun yang Kami utus sebelum engkau, melainkan Kami memberinya mukjizat, sebagai bukti kebenaran risalahnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 253)
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai nabi terakhir memiliki mukjizat yang paling utama dan banyak sekali jumlahnya. Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata bahwa mukjizat Nabi Muhammad lebih dari seribu, sementara Imam Nawawi Rahimahullah menyebutkan lebih dari seribu dua ratus. Salah satu mukjizat beliau adalah saat Nabi mengetahui peristiwa kematian Raja Najasyi di Ethiopia. Ketika itu, Nabi Muhammad sedang berada di Madinah, sedangkan teknologi komunikasi seperti yang ada sekarang belum tersedia.
Mukjizat ini menunjukkan bahwa ketika Allah menghendaki sesuatu, Dia hanya perlu berkata “Kun Fayakun” (Jadilah! Maka terjadilah). Allah memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu.
Pada zaman dahulu, tidak ada teknologi komunikasi seperti sekarang. Namun, ketika Raja Najasyi meninggal, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan berita tersebut kepada para sahabat. Beliau bersama para sahabat keluar ke lapangan dan melakukan shalat ghaib. Siapa yang memberi tahu Nabi? Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengabarkan berita itu.
Mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat banyak. Di antaranya, ada batu yang mengucapkan salam kepada beliau. Ada juga kayu di masjid Nabi, yang dulu sering menjadi tempat bersandar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika dibuatkan mimbar untuk beliau, kayu tersebut menangis seperti anak kecil. Rasulullah menepuk-nepuk kayu itu hingga diam, dan kejadian ini disaksikan oleh para sahabat.
Mukjizat ini lebih hebat daripada mukjizat Nabi Isa ‘Alaihis Salam. Jika Nabi Isa menghidupkan orang mati dengan izin Allah, maka Nabi Muhammad memiliki mukjizat yang membuat benda mati menjadi seolah hidup. Sebagai contoh, Gunung Uhud berguncang ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri di atasnya. Rasulullah bersabda:
“Tenanglah, wahai Uhud, karena di atasmu ada seorang Nabi, seorang Siddiq, dan dua orang yang akan mati syahid.”
Yang dimaksud dengan dua orang yang akan mati syahid adalah Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Kenyataannya, keduanya wafat sebagai syahid. Umar dibunuh ketika menjadi khalifah, dan Utsman juga wafat akibat pembunuhan.
Mukjizat terbesar Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Al-Qur’an. Hingga saat ini, tidak ada yang mampu menandingi keindahan dan kemuliaan Al-Qur’an. Mukjizat ini tetap menjadi bukti kebenaran risalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Cinta Orang Tua kepada Anak adalah Fitrah
Kecintaan orang tua kepada anak-anaknya adalah fitrah. Tidak ada seorang ayah yang membenci anaknya, bahkan binatang yang buas sekalipun memiliki kasih sayang terhadap anaknya. Misalnya, ketika seekor binatang sedang menyusui anaknya, ia akan mengangkat kakinya agar tidak melukai anaknya. Subhanallah, ini adalah rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sesungguhnya anak adalah bagian dari ayahnya. Orang tua akan merasa bahagia jika anaknya bahagia, dan akan merasakan kesedihan jika anaknya sedih. Bahkan, jika anaknya sakit, orang tua ikut merasakan sakit. Hal ini tergambar dalam kisah Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam. Beliau sampai kehilangan penglihatannya karena bersedih atas kehilangan Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam.
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan Nabi Ya’qub bertemu kembali dengan Nabi Yusuf, kebahagiaan itu tergambar dari pernyataan Nabi Ya’qub: “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf.”
Kabar Gembira untuk Orang Tua yang Kehilangan Anak
Diriwayatkan dari Abu Sinan, ia berkata: “Suatu ketika, aku menguburkan anakku Sinan. Saat itu, Abu Thalhah Al-Khaulani duduk di pinggir kuburan. Ketika aku hendak keluar, ia memegang tanganku dan berkata, ‘Wahai Abu Sinan, maukah aku sampaikan kabar gembira kepadamu?’ Aku menjawab, ‘Ya, aku mau.’ Lalu, Abu Thalhah berkata, ‘Aku mendengar dari Ad-Dahhak bin Abdurrahman bin Arzaq, dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ، قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: فَمَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: حَمِدَكَ، وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ: بَيْتَ الْحَمْدِ.
“Apabila anak seorang hamba meninggal, Allah berkata kepada malaikat-Nya: ‘Apakah kalian telah mengambil nyawa anak hamba-Ku?’ Malaikat menjawab: ‘Ya.’ Allah bertanya: ‘Apakah kalian mengambil nyawa buah hatinya?’ Mereka menjawab: ‘Ya.’ Allah bertanya lagi: ‘Apa yang dikatakan hamba-Ku?’ Malaikat menjawab: ‘Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un).’ Allah berfirman: ‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga, dan namakanlah rumah itu dengan Baitul Hamd (rumah pujian).’” (HR. Tirmidzi)
Pertemuan Nabi Yakub dengan Orang yang Dicintai
Setelah penglihatannya pulih, Nabi Yakub keluar dari Kanaan bersama putra-putra dan cucu-cucunya menuju Mesir untuk bertemu dengan Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Perjalanan ini menjadi perjalanan yang penuh kebahagiaan.
Ketika sampai di Mesir, seperti yang disebutkan dalam Surah Yusuf ayat 99-101:
فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَىٰ يُوسُفَ آوَىٰ إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ
“Maka ketika mereka masuk menemui Yusuf, dia memeluk kedua orang tuanya seraya berkata, ‘Masuklah kalian ke negeri Mesir, InsyaAllah dalam keadaan aman.`” (QS. Yusuf [12]: 99)
“Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf, ‘Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku dahulu; sungguh Rabbku telah menjadikannya kenyataan. Dan sungguh, Dia telah berbuat baik kepadaku ketika Dia membebaskanku dari penjara dan ketika mendatangkan kalian dari dusun setelah setan merusak hubungan antara aku dan saudara-saudaraku. Sungguh, Rabbku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Mahabijaksana.`” (QS. Yusuf [12]: 100)
Setelah menyampaikan kisahnya, Nabi Yusuf berdoa:
رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ ۚ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
“Wahai Tuhanku! Sungguh, Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. Wahai Pencipta langit dan bumi! Engkau pelindungku di dunia dan di akhirat. Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang shalih.” (QS. Yusuf [12]: 101).
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54882-pertemuan-nabi-yusuf-alaihis-salam-dengan-ayahnya/